MAKALAH
KEPERAWATAN HISTREKTOMI
A.
Latar Belakang
Istilah histerektomi berasal dan bahasa latin histera yang berarti kandungan, rahim,
atau uterus, dan ectomi yang berarti memotong. Jadi, histerektomi adalah suatu prosedur pembedahan mengangkat rahim
yang
dilakukan
oleh
ahli kandungan.
Histerektomi adalah tindakan pengangkatan uterus yang merupakan operasi ginekologi mayor paling
sering dilakukan setelah seksio sesaria. Histerektomi merupakan pengobatan definitif untuk gangguan perdarahan uterus
dan memiliki tingkat kepuasan yang paling tinggi
dibandingkan berbagai bentuk pengobatan lainnya. Histerektomi merupakan tindakan operasi yang aman
dengan kerusakan
organ
visceral berkisar
0,5-2% dan tingkat kematian sebesar 0,5-2% per 1000. Histerekomi telah berkembang pesat dalam beberapa
tahun terakhir, dari operasi yang semula memerlukan irisan abdomen yang besar dan
penyembuhan
yang
lama seperti
histrektomi abdominal
total
dan
subtotal
menjadi
prosedur dengan
risiko invasive yang minimal
seperti histerektomi
vaginal,
laparoscopically assisted vaginal hysterectomy dan histerektomi laparoskopik.
Tindakan histerektomi dilakukan sebanyak 6,1-8,6 tindakan per 1000 wanita di
seluruh dunia dan sekitar 75% telah dilakukan pada wanita usia 20-40 tahun. Pada usia 60 tahun 30% wanita amerika telah menjalani operasi ini dan hampir 90% disebabakan
kelainan yang bersifat jinak terutama fibroid.
Indikasi paling sering dilakukannya histerektomi adalah mioma uteri atau fibroid yang merupakan penyebab utama menoragia. Indikasi lainnya adalah perdarahan uterus
disfungsional, prolaps uteri, endometriosis, keganasan pada serviks, endometrium dan
ovaarium.
Histerektomi juga
berkaitan dengan
kasus
obsetri seperti
perdarahan post partum yang masif karena
atonia uteri atau rupture uteri, endometritis septic dengan
pyometra
dan inverse uteri dengan komplikasi. Histerektomi
juga dilakukan sebagai
manajemen pada kehamilan ektopik yang berimplantasi pada serviks dan pada penyakit tropoblastik gestasional yang tidak respon kemoterapi. (Levebvre, et,al, 2002).
B.
Definisi
Istilah histerektomi berasal dan bahasa latin histera yang berarti kandungan, rahim, atau uterus, dan ectomi yang berarti memotong. Jadi, histerektomi adalah suatu prosedur
pembedahan mengangkat rahim yang dilakukan oleh ahli kandungan. (Imam Rasjidi).
Histerektomi adalah operasi pengangkatan kandungan (rahim dan uterus) pada
seorang wanita, sehingga setelah menjalani operasi ini dia tidak bisa lagi hamil dan mempunyai anak. Histerektomi biasanya disarankan oleh dokter untuk dilakukan karena
berbagai alasan. Alasan utama dilakukannya histerektomi adalah kanker mulut rahim atau kanker rahim.
C.
Ethiologi
Adanya mioma
uteri atau
fibroid yang merupakan
tumor
jinak
pada
rahim.
Histerektomi perlu dilakukan karena tumor
ini dapat
menyebabkan perdarahan
berkepanjangan, nyeri panggul, anemia, dan tekanan pada kandung kemih.
Endometriosis, suatu kelainan yang disebabkan dinding rahim bagian dalam yang seharusnya tumbuh di rahim saja, juga ikut tumbuh di indung telur, tuba fallopii, atau
bagian tubuh lainnya. Hal ini bisa membahayakan bagi ibu. Oleh karena itu, biasanya
dianjurkan untuk melakukan histerektomi oleh dokter.
D.
Jenis-jenis Histerektomi
Histerektomi parsial (subtotal). Pada histerektomi jenis ini, rahim diangkat, tetapi
mulut rahim (serviks) tetap dibiarkan. Oleh karena itu, penderita masih dapat terkena kanker mulut rahim sehingga masih perlu pemeriksaan pap smear (pemeriksaan leher
rahim) secara rutin.
Histerektomi total. Pada histerektomi ini, rahim dan mulut rahim diangkat secara
keseluruhannya.
Histerektomi dan salfingo-ooforektomi bilateral. Histerektomi ini mengangkat uterus,
mulut rahim, kedua tuba
fallopii, dan kedua ovarium. Pengangkatan ovarium menyebabkan keadaan penderita seperti menopause meskipun usianya masih muda.
Histerektomi radikal. Histerektomi ini mengangkat bagian atas vagina, jaringan, dan
kelenjar limfe disekitar kandungan. Operasi ini biasanya dilakukan pada beberapa
jenis kanker tertentu untuk bisa menyelamatkan
nyawa penderita.
Histerektomi dapat dilakukan melalui 3 macam cara, yaitu abdominal, vaginal dan
laparoskopik. Pilihan ini bergantung pada jenis histerektomi yang akan dilakukan, jenis penyakit yang mendasari, dan berbagai pertimbangan lainnya. Histerektomi abdominal biasanya dilakukan
pada
keganasan ginekologi,
sedangkan kelainan pelvis
yang lain seperti
endometriosis atau adhesi atau jika uterus
membesar, histerektomi abdominal
tetap merupakan pilihan jika uterus
tidak
dapat dikeluarkan
dengan metode
lain.
Histerektomi vaginal awalnya hanya dilakukan untuk prolaps uteri tetapi saat ini juga dikerjakan
pada kelainan menstruasi dengan
ukuran
uterus yang relative
normal. Histerektomi vaginal memiliki resiko
invasive
yang
lebih
rendah
dibandingkan histerektomi abdominal. Pada histerektomi
laparoskopik, ada bagian operasi yang dilakukan secara laparoskopi. (Garry, 1998).
E.
Komplikasi
a. Hemoragik
Keadaan hilangnya cairan dari pembuluh darah yang biasanya terjadi dengan cepat
dan dalam jumlah yang banyak. Keadaan ini di klasifikasikan dalam sejumlah cara yaitu, berdasarkan tipe pembuluh darah arterial,
venus
atau kapiler,
berdasarkan
waktu sejak dilakukan pembedahan atau terjadi cidera primer, dalam waktu 24 jam ketika tekanan darah
naik reaksioner, sekitar 7-10 hari sesudah kejadian dengan
disertai sepsis sekunder, perdarahan bisa internal dan eksternal.
b. Thrombosis vena
Komplikasi histerektomi radikal yang lebih jarang terjadi tetapi membahayakan jiwa
adalah thrombosis vena dalam dengan emboli paru-paru, insiden emboli paru-paru
mungkin dapat dikurangi dengan penggunaan ambulasi dini, bersama-sama dengan
heparin subkutan profilaksis dosis
rendah
pada
saat
pembedahan
dan
sebelum
mobilisasi sesudah pembedahan yang memadai :
1)
Infeksi
Infeksi oleh karena adanya mikroorganisme pathogen, antitoksinnya didalam
darah atau jaringan lain membentuk pus.
2)
Pembentukan fistula
Saluran abnormal yang menghubungkan 2 organ atau menghubungkan 1 organ dengan
bagian luar. Komliksi yang paling bahaya dari histerektomi
radikal
adalah fistula
atau striktura ureter. Keadaan ini sekarang telah jarang terjadi,
karena ahli bedah menghindari
pelepasan
ureter
yang
luas
dari
peritoneum parietal, yang dulu biasa dilakukan. Drainase penyedotan pada ruang
retroperioneal juga
digunakan secara umum yang
membantu
meminimalkan
infeksi.
No comments :
Post a Comment
Terimakasih telah mengunjungi blog ini jangan lupa tinggalkan komentar anda disini....!!