Translate

Penilaian auskultasi pada lapak paru

Inspeksi : penilaian usaha bernafas samanya laju dan irama dari pengembangan dan mengempisan, pengembangan hidung, deviasi trakhea, penggunaan otot-otot tambahan (interkosta, abdomen) pernapasan diafragma, retraksi sternal, deformitas, kokntusio, hematoma, pergerakan paradoksial.
Palpasi : deviasi trakea, deformitas, krepitasi, nyeri, nyeri tekan, fremitus vocal.
Perkusi : pekak (pneumotorak) resonansi, hiper-resonansi (pneumotorak , emfisema).
Auskultasi : dengarkan suara paru dari satu sisi paru ke sisi lain dengan lokasi yang sama, mulai dari apeks (bagian puncak paru) dan bergerak turun kebagian basal paru ; dengarkan pada lapak paru anterior (dada) dan posterior (punggung).

Suara normal : vesikuler jernih dan tidak terputus-putus ; inspirasi lebih keras dibandingkan dengan ekspirasi.
Trakeal terdengar pada sisi leher (regio tyroid ) ; kasar dan keras fase ekspirasi lebih panjang dibandingkan inspirasi.
Bronkial menyerupai walaupun tidak sekeras suara napas trakeal ; inspirasi lebih panjang dibanding ekspirasi.
Suara napas abnormal : Rales (crackles) dihasilkan oleh getaran cairan, eksudat, atau mukus di dalam bronkus atau paru.
Ronki : (rales yang berirama) suara bergelegak seperti kumur-kumur yang kasar, tajam dan keras ; paling baik terdengar pada bronkus dan trakeal saat ekspirasi; dapat disertai batuk.
Mengi : suara berdecit, bernada tinggi yang biasanya terdengar saat ekspirasi.
Stridor : suara kasar dan tinggi yang terdengar baik saat ekspirasi maupun inspirasi; dapat terdengar meski tanpa stetoskop; merupakan petunjuk adanya resistensi jalan napas dan penyempitan saluran napas ; penemuan yg siknifikan mungkin menunjukan keadaan yang mengancam nyawa.

Sekilas Tentang Katarak

Katarak adalah penyakit mata paling umum yang disebabkan oleh pengeruhan lensa mata. Terletak di belakang iris dan pupil, lensa berfungsi memfokuskan citra objek yang Anda lihat dari dekat maupun dari jauh dengan mengubah ketebalannya: menjadi cekung atau cembung. Tugas lensa mirip dengan fungsi lensa pada kamera. Lensa yang sehat terlihat bening dan transparan.
Pada penderita katarak, lensa secara bertahap kehilangan kebeningannya dan menjadi keruh. Pada tahap lanjut pupil tidak lagi berwarna hitam tetapi abu-abu. Bila ini terjadi, cahaya yang sampai ke retina tidak lagi memadai sehingga penglihatan menjadi kabur dan warna-warna meredup.

Jenis-jenis katarak

Katarak dikelompokkan dalam tiga jenis:
  • Katarak subkapsular dimulai di bagian belakang lensa. Penderita diabetes, rabun jauh berat, pigmentosa retinitis, atau mereka yang memakai steroid dosis tinggi, dapat menderita katarak ini.
  • Katarak nuklir terjadi di dalam nukleus atau pusat lensa dan biasanya terkait dengan penuaan alami (katarak senilis), yang biasanya terjadi setelah 60 tahun.
  • Katarak kortikal terbentuk di dalam korteks lensa dan secara bertahap meluas dari sisi luar ke pusat lensa. Banyak penderita diabetes mengalami katarak kortikal.

Gejala katarak

Gejala katarak yang paling umum adalah penglihatan kabur, pemudaran warna, penurunan daya penglihatan di malam hari dan mudah silau terhadap sinar lampu dan matahari. Beberapa orang mengeluhkan penglihatan ganda pada awalnya yang berkurang atau hilang sepenuhnya pada tahap lanjut. Penderita katarak tahap lanjut memiliki pupil berwarna memutih seperti susu.

Penyebab katarak

Lensa mata terdiri dari air dan protein. Protein disusun sedemikan rupa sehingga membuat lensa jernih dan meneruskan cahaya yang melaluinya. Katarak terjadi ketika beberapa protein menggumpal dan mulai membuat buram sebagian kecil area lensa. Lama-kelamaan, penggumpalan itu bertambah luas dan mempengaruhi penglihatan. Risiko katarak meningkat karena:
  • Penuaan
  • Komplikasi diabetes (kencing manis).
  • Komplikasi pada pasien dialisis (cuci darah). Bawaan pada bayi baru lahir sebagai hasil infeksi virus melalui ibu (misalnya rubella, cacar air, gondok, campak) dalam trimester pertama kehamilan atau kelainan genetik.
  • Radiasi panas (pada pekerja pengelasan, peleburan kaca, dll) atau iradiasi sinar-X.
  • Cedera tegangan tinggi atau petir.
  • Cedera mata.

Pengobatan Katarak

Ketika gejala katarak mulai muncul, Anda dapat memperbaiki penglihatan Anda untuk sementara dengan memakai kacamata baru, kacamata yang lebih kuat, kaca pembesar, pencahayaan yang tepat atau alat bantu visual lainnya. Tetes mata tidak bermanfaat untuk membeningkan lensa mata.
Pertimbangkan menjalani operasi katarak bila penglihatan Anda sudah sangat terganggu. Operasi katarak adalah prosedur yang relatif sederhana dan tanpa rasa sakit untuk memulihkan penglihatan Anda. Bahkan, operasi ini adalah jenis operasi mata yang paling sering dilakukan di dunia. Selama operasi, dokter bedah mata akan membersihkan kekeruhan di lensa Anda dan kemungkinan besar akan  menggantinya dengan lensa buatan.

Buta Warna: Mengapa Terjadi.....?

Buta warna adalah istilah umum untuk gangguan persepsi warna. Penderita buta warna kesulitan membedakan nuansa warna atau buta terhadap warna tertentu. Buta warna tidak dapat disembuhkan. Menurut statistik, sekitar 9% laki-laki dan 0,5% perempuan menyandang buta warna. Masalah mereka terutama adalah membedakan nuansa hijau (deuteranomali) atau nuansa merah (protanomali) dan kebutaan warna hijau (deuteranopia) atau warna merah (protanopia). Kesulitan atau kebutaan terhadap warna biru dan buta warna total sangat jarang terjadi.

Mengapa terjadi?

Ketiadaan sel kerucutThese bluebells are purple foxglovesphoto © 2009 The Frog | more info(via: Wylio)
Retina mata memiliki hampir tujuh juta sel fotoreseptor yang terdiri dari dua jenis sel– sel batang dan sel kerucut– yang terkonsentrasi di bagian tengahnya yang disebut makula. Sel batang sangat sensitif terhadap cahaya, dan dapat menangkap cahaya yang lemah seperti cahaya dari bintang di malam hari, tetapi sel itu tidak dapat membedakan warna. Berkat sel batang kita dapat melihat hal-hal di sekitar kita di malam hari, tetapi hanya dalam nuansa hitam, abu-abu, dan putih. Sel kerucut dapat melihat detail obyek lebih rinci dan membedakan warna tetapi hanya bereaksi terhadap cahaya terang. Kedua jenis sel tersebut berfungsi saling melengkapi sehingga kita bisa memiliki penglihatan yang tajam, rinci, dan beraneka warna.
Ada tiga jenis sel kerucut pada retina. Mereka masing-masing berisi pigmen visual (opsin) yang berbeda sehingga bereaksi terhadap panjang gelombang cahaya yang berbeda : merah, hijau dan biru. Sel kerucut menangkap gelombang cahaya sesuai dengan pigmen masing-masing dan meneruskannya dalam bentuk sinyal transmisi listrik ke otak. Otak kemudian mengolah dan menggabungkan sinyal warna merah, hijau dan biru dari retina ke tayangan warna tertentu. Karena perbedaan intensitas dari masing-masing warna pokok tersebut, kita dapat membedakan jutaan warna. Gangguan penerimaan cahaya pada satu jenis atau lebih sel kerucut di retina berdampak langsung pada persepsi warna di otak. Seseorang yang buta warna memiliki cacat atau kekurangan satu atau lebih jenis sel kerucut.
Kelainan genetik
Buta warna adalah kelainan warisan. Karena gen untuk pigmen visual merah dan hijau terdapat pada kromosom X, buta warna merah atau hijau umumnya terjadi pada laki-laki. Tidak seperti wanita, laki-laki hanya memiliki satu kromosom X sehingga tidak ada salinan cadangan yang bisa mengganti gen cacat yang sesuai. Seorang wanita harus memiliki cacat pada kedua-kromosom X agar menjadi buta warna merah atau hijau. Bila hal itu terjadi, anak laki-lakinya juga pasti buta warna, karena dia mewarisi kromosom X dari ibunya. Selain karena keturunan, bentuk buta warna yang ringan juga disebabkan oleh mutasi gen opsin pada kromosom X.
Cedera otak atau stroke dapat mengganggu pengolahan warna di otak. Jika buta warna baru terjadi di usia remaja atau dewasa, penyebabnya adalah penyakit di makula, misalnya karena degenerasi makula atau kerusakan saraf optik di belakangnya.

Bagaimana mengetahui?

Banyak orang yang tidak menyadari dirinya buta warna. Hal ini karena mereka umumnya bukan tidak dapat melihat suatu warna, tetapi hanya kesulitan membedakan nuansanya. Namun, sebenarnya mereka bisa menyadarinya dari masalah-masalah yang sering dihadapi. Hal yang sederhana pada orang lain seringkali menjadi masalah bagi mereka. Misalnya, ketika harus memilih sepasang kaus kaki dari kaus kaki lain yang warnanya mirip atau membedakan warna kabel. Mereka juga mungkin sering menggunakan warna mencolok karena ketidakpekaan terhadap warna.
Tes buta warna
Tes standar untuk mendiagnosis buta warna adalah tes Ishihara, yang banyak digunakan di kantor-kantor, sekolah-sekolah, dan instansi lainnya untuk menyeleksi calon mahasiswa/karyawan. Tes Ishihara terdiri dari 38 set warna yang secara ekstensif menskrining buta warna. Masing-masing set terdiri dari lingkaran-lingkaran dengan titik-titik mosaik bernuansa hijau-merah yang berbeda. Di dalam mosaik terdapat pola-pola angka (“angka atau huruf tokek”) yang tidak dapat dilihat orang yang buta warna tetapi mudah dilihat orang normal (lihat gambar di samping).
Tes buta warna lainnya adalah tes dikotomi Farnsworth (D-15), tes uji visi dinamis yang dikembangkan Profesor John L. Barbur dari City University of London dan tes warna pilihan ganda yang dikembangkan ahli optik Prancis Jean Jouannic.
Jangan mengandalkan tes sendiri
Beberapa situs di internet menawarkan tes buta warna secara online. Meskipun mungkin bermanfaat bagi Anda untuk mendapatkan gambaran namun tes semacam itu tidak boleh terlalu diandalkan. Pengaturan gamma, setting warna, kontras monitor komputer, dan cahaya latar berbeda dapat membuat hasilnya berbeda. Untuk mendapatkan hasil yang dapat diandalkan, Anda harus menemui dokter spesialis mata.

konsep pembangunan keperawatan masyarakat desa



TINJAUAN PUSTAKA

A.    Konsep Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD)
1.      Pengertian PKMD
Pembangunan Masyarakat Desa (PKMD) adalah rangkaian kegiatan masyarakat yang dilaksanakan atas dasar gotong royong dan swadaya dalam menolong diri sendiri dalam memecahkan masalah untuk memenuhi kebutuhanya dibidang kesehatan dan di bidang lain yang berkaitan agar mampu mencapai kehidupan sehat sejahtera.
     
2.      Tujuan PKMD
a.      Tujuan umum
Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong diri sendiri di bidang kesehatan dalam rangka meningkatkan mutu hidup
b.      Tujuan Khusus
1)      Menumbuhkan kesadaran masyarakat akan potensi yang dimilikinya untuk menolong diri sendiri mereka sendiri dalam meningkatkan mutu hidup mereka
2)      Mengembangkan kemampuan dan prakarsa masyarakat untuk berperan aktif dan berswadaya dalam meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri
3)      Menghasilkan lebih banyak tenaga-tenaga masyarakat untuk berperan yang mampu serta mau berperan aktif dalam kegiatan pembangunan desa
4)      Meningkatkan mutu kesehatan masyarakat dalam arti memenuhi beberapa indikator :
a)      Angka kesehatan menurun
b)      Angka kematian menurun,terutama angka kematian bayi dan anak serta angka kelahiran menurun
c)      Angka kekurangan gizi pada anak balita menurun.

3.      Ciri-ciri PKMD
a.       Kegiatan masyarakat sebaiknya dimulai dengan kegiatan yang memenuhi kebutuhan masyarakat sendiri, dalam arti bahwa kegiatan dimulai dengan kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan yang memang dirasakan oleh masyarakat sendiri sebagai kebutuhan.
b.      Perencanaan kegiatan ditetapkan oleh masyarakat secara musyawarah dan mufakat.
c.       Pelaksanaan kegiatan berlandaskan pada peran aktif dan swadaya masyarakat dalam arti memanfaatkan secara optimal kemampuan dan sumberdaya yang dimiliki oleh masyarakat.
d.      Masukan dari luar yang hanya bersifat memicu, melengkapi dan menunjang, tidak mengakibatkan ketergantungan.
e.       Kegiatan dilakukan oleh tenaga-tenaga masyarakat setempat.
f.       Memanfaatkan teknologi tepat guna.
g.      Kegiatan yang dilakukan sekurang-kurangnya mencakup salah satu dari 5 unsur PHC.


4.      Prinsip-Prinsip PKMD
a.       Kegiatan masyarakat sebaiknya dimulai dengan kegiatan yang memenuhi kebutuhan masyarakat setempat.
b.      Dalam pembinaan kegiatan masyarakat diperlukan kerjasama yang baik
1)      Antar dinas-dinas/instansi-instansi/lembaga-lembaga lainnya
2)      Antar dinas-dinas/instansi-instansi/lembaga-lembaga tersebut dengan masyarakat.
c.       Dalam hal masyarakat tidak dapat memecahkan masalah atau kebutuhan sendiri, maka pelayanan langsung diberikan oleh sektor yang bersangkutan.

5.      Wadah Kegiatan PKMD
Karena kegiatan PKMD merupakan bagian integral dari pembangunan desa adalah LKMD/Lembaga Kesehatan Masyarakat Desa, maka dengan sendirinya wadah kegiatan PKMD adalah LKMD. Pembangunan PKMD yang bersifat lintas sektoral dengan sendirinya merupakan bagian tugas dari tim pembina LKMD
Strategi Pembinaan
a.       Tim Pembina PKMD di masing-masing tingkat sekaligus dijadikan sebagai forum koordinasi masing-masing tingkat.
b.      Setiap kegiatan partisipasi masyarakat yang akan dipromosikan oleh salah satu sektor, terlebih dahulu dibahas dalam forum koordinasi untuk memungkinkan dari sektor-sektor lain untuk menghindari tumpang tindih
c.       Jenis bantuan apapun yang akan dijalankan harus selalu berdasarkan pada proporsi kebutuhan masyarakat setempat
d.      Seluruh tahap kegiatan, mulai dari persiapan, perencanaan, pelaksanaan, penilaian, pembinaan sampai pada perluasan dilakukan oleh masyarakat sendiri dan dimana perlu dibantu oleh pemerintah secara lintas program dan lintas sektoral.
e.       Wadah kegiatan PKMD adalah Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), maka pada dasarnya LKMD merupakan wadah partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa.
f.       PKMD adalah kegiatan yang dilakukan masyarakat dari masyarakat untuk masyarakat (Departemen Kesehatan RI, 2004).

6.      Pengembangan dan Pembinaan
a.       Pengembangan dan pembinaan PKMD berpedoman kepada GBHN
b.      Pengembangan dan pembinaan PKMD dilaksanakan dengan kerja sama lintas program dan lintas sektoral melalui pendekatan edukatif
c.       Koordinasi pembinaan melalui jalur fungsional pada tiap tingkatan, tingkat Propinsi oleh Gubernur, Kabupaten oleh Bupati, tingkat Kecamatan oleh Camat.
d.      PKMD merupakan bagian integral dari pembangunan desa secara keseluruhan
e.       Kegiatan dilaksanakan dengan membentuk mekanisme kerja yang efektif antara instansi yang berkepentingan dalam pembinaan masyarakat desa
f.       Puskesmas sebagai pusat pengembangan dan pembangunan kesehatan berfungsi sebagai dinamisator.

7.      Hal-hal yang Perlu Dalam Pelaksanaan Kegiatan PKMD
a.       Masyarakat perlu dikombinasikan pengertiannya yang benar tentang kesehatan dan tentang program-program yang dilaksanakan pemerintah.
b.      Masyarakat perlu dikombinasikan kesadarannya akan potensi sumber daya yang dimiliki serta harus dikembangkan dan dibina kemampuan dan keberaniannya, untuk berperan aktif.
c.       Sikap mental pihak penyelenggara pelayanan perlu dipersiapkan terlebih dahulu agar dapat menyadari bahwa masyarakat mempunyai hak atau potensi untuk menolong diri mereka sendir dalam meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan mereka.
d.      Harus ada kepekaan dari para pembina untuk memahami aspirasi yang tumbuh di masyarakat dan berperan secara wajar.
e.       Harus ada keterbukaan dan interaksi yang dinamis dan berkesinambungan.
8.      Pelaksanaan bagi Pelaksana
a.       Pelatih kader Kunjungan kerja
b.      Studi perbandingan.
9.      Pengadaan Fasilitas
Kelestarian pembangunan akan lebih menjamin apabila fasilitas yang disediakan diswadaya masyarakat melalui potensi dan sumber yang ada di masyarakat yang dapat digali dan dimanfaatkan.

B.     Konsep Desa Siaga
  1. Pengertian Desa Siaga
Desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri.

  1. Tujuan Desa Siaga
a.       Tujuan Umum
Terwujudnya masyarakat desa yang sehat serta peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayahnya.

b.      Tujuan Khusus
1)      Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya kesehatan
2)      Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap resiko dan bahasa yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana wabah, kegawatdaruratan, dan sebagainya)
3)      Meningkatnya keluarga sadar gizi dan melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat
4)      Meningkatnya kesehatan lingkungan desa
5)      Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk menolong diri sendiri di bidang kesehatan.

  1. Sasaran Pengembangan Desa Siaga

Seluruh desa menjadi
desa siaga
        Sasaran



Seluruh keluarga (rumah tangga mempraktekkan PHBS)


Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat
Strategi Utama





                                                                                Seluruh keluarga (rumah tangga sadar gizi)




Untuk mempermudah strategi intervensim sasaran pengembangan desa siaga dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :
a.       Semua individu keluarga di desa, yang diharapkan mampu melaksanakan hidup sehata, serta peduli dan tanggap permasalahan kesehatan di wilayah desanya.
b.      Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perilaku individu dan keluarga atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku tersebut. Contohnya : Tokoh masyarakat, tokoh agama, pemuda, kader, dan petugas kesehatan
c.       Pihak-pihak yang diharapkan memberikan dukungan kebijakan, peraturan perundang-undangan dana, tenaga, sarana, dan lain-lain. Seperti kepala desa, camat, para pejabat terkait, swasta, donatur dan pemangku kepentingan lainnya.

  1. Kriteria Desa Siaga
Sebuah desa telah menjadi desa siaga apabila desa tersebut telah memiliki sekurang-kurangnya sebuah pos kesehatan desa (Poskesdes).

  1. Pos Kesehatan Desa
Suatu Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang melaksanakan kegaitn-kegiatan minimal :
a.       Pengamatan epidemologis penyakit menular dan yang berpotensi menjadi KLB serta faktor-faktor resikonya.
b.      Penanggulangan penyakit menular dan yang berpotensi menjadi KLB serta kekurangan gizi.
c.       Kesiagaan dan penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan kesehatan.
d.      Pelayanan kesehatan dasar, sesuai dengan kompetensinya.
  1. Sumberdaya Poskesdes
a.       Tenaga
Minimal 1 (satu) orang perawat dan 2 (dua) orang kader.
b.      Sarana
1)      Fisik bangunan, perlengkapan dan peralatan
2)      Alat komunikasi ke masyarakat dan Kepuskesmas

  1. Masalah Kesehatan
a.       Desparitas status kesehatan antar daerah masih tinggi
b.      Rendahnya kualitas kesehatan penduduk miskin
c.       Beban ganda penyakit
d.      Kualitas/kuantitas/pemerataan/dan keterjangkauan pelayanan kesehatan masih rendah.
e.       Perilaku masyarakat kurang mendukung (PHBS)
f.       Rendahnya kondisi kesehatan lingkungan
g.      Pendanaan kesehatan
h.      Desentralisasi: Pusat dan daerah tidak sinkron.

  1. Sasaran KPJM-N(2009)
a.       UHH     : 66,2 tahun à 70,6 tahun
b.      IMR     : 35 à 26 Per 1000 lahir hidup
c.       MMR    : 307 à 226 per 100.000 LH
d.      Gizi kurang anak balita : 25,8 % à 20%
e.       Faktor-faktor yang penting
1)      Peran serta masyarakat
2)      Akselarasi pelayanan kesehatan
3)      Surveillance
4)      Pembiayaan
  1. Peranan yang akan Diambil oleh Bidang Perawat Komunitas Strategi Utama Depkes
1)      Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat
2)      Meningkatkan Askes masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang bekualitas
3)      Meningkatkan sistem surveillances, monitoring dan informasi kesehatan
4)      Meningkatkan pembiayaan kesehatan.

  1. Peran Jajaran Kesehatan dan Pemangku Kepentingan Terkait
a.      Peran Puskesmas
Dalam rangka pengembangan desa siaga, Puskesmas merupakan ujung tombak dan bertugas ganda, yaitu sebagai penyelenggara PONED dan penggerak masyarakat desa, dalam menggerakkan masyarakat desa, Puskesmas akan dibantu oleh tenaga fasilitator di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang telah dilatih di Provinsi.
Adapun peran Puskesmas Adalah sebagai berikut:
1)      Menggerakkan pelayanan kesehatan dasar, tennasuk pelayanan abstetrik dan neonatal emergensi dasar (PONED)
2)      Mengembangkan komitmen dan kerja sama tim di tingkat Kecamatan dan desa dalam rangka pengembangan desa siaga
3)      Memfasilitasi pengembangan desa siaga dan Poskesdes
4)      Melakukan monitoring, evaluasi dan pembinaan desa siaga.

b.      Peran Rumah Sakit
Rumah sakit memegang peranan penting sebagai sarana rujukan dan Pembina teknis pelayanan medik, peran rumah sakit adalah :
1)      Menyelenggarakan pelayanan rujukan, termasuk pelayanan obstetric dan neonatal emergensi komprehensif (PONEK)
2)      Melaksanakan bimbingan teknis medis, khususnya dalam rangka pengembangan kesiapsiagaan dan penanggulangan kedaruratan dan bencana di desa siaga
3)      Menyelenggarakan promosi kesehatan di rumah sakit dalam rangka pengembangan kesiapsiagaan dan penanggulangan kedaruratan dan bencana.



c.       Peran Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota
Sebagai penyelia dan Pembina Puskesmas dan rumah sakit, peran dinas kesehatan Kabupaten/Kota meliputi :
1)      Mengembangkan komitmen dan kerjasama tim ditingkat Kabupaten/ Kota dalam rangka pengembangan desa siaga.
2)      Merevitalisasi Puskesmas dan jaringannya sehingga mampu menyelanggarakan pelayanan rujukan dengan baik, termasuk PONEK dan promosi kesehatan di rumah sakit.
3)      Merekrut/menyediakan calon-calon fasilitator untuk dilatih menjadi fasilitator mengembangkan desa siaga.
4)      Menyelanggarakan pelatihan bagi petugas kesehatan dan kader.
5)      Melakukan advokasi keberbagi pihak (pemangku kepentingan) tingkat Kabupaten/Kota dalam rangka pengembangan desa siaga.
6)      Bersama puskesmas melakukan pemantauan, evaluasi, dan bimbingan teknis terhadap desa siaga.
7)      Menyediakan anggaran dan sumber daya lain bagi kelestarian desa siaga.

d.      Peran Dinas Kesehatan Provinsi
Sebagai penyelia dan pembina rumah sakit dan dinas kesehatan Kabupaten/kota, dinas kesehatan povinsi berperan :
1)      Mengembangkan komitmen dan kerjasama tim di tingkat Provinsi dalam rangka pengembangan desa siaga
2)      Membantu dinas kesehatan Kabupaten/Kota mengembangkan kemampuan melalui pelatihan-pelatihan manajemen, pelatihan-pelatihan teknis dan cara-cara lain.
3)      Membantu dinas kesehatan Kabupaten/Kota mengembangkan kemampuan Puskesmas dan rumah sakit di bidang konseling, kunjungan rumah, dan pengorganisasian masyarakat serta promosi kesehatan, dalam rangka pengembangan desa siaga.
4)      Menyelenggarakan pelatihan fasilitator pengembangan desa siaga dengan metode lokakarya (interruptea training)
5)      Melakukan aduokasi keberbagai pihak (pemangku kepentingan) tingkat provinsi dalam rangka pengembangan desa siaga.
6)      Bersama dinas kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pemantauan, evaluasi dan bimbingan teknis terhadap desa siaga.
7)      Menyediakan anggaran dan sumber daya lain bagi kelestarian desa siaga.

e.       Peran Departemen Kesehatan Sebagai aparatur tingkat pusat, departemen kesehatan berperan dalam :
1)      Menyusun konsep dan pedoman pengembangan  desa siaga serta menyosialisasikan dan mengaduokasikannya.
2)      Memfasilitasi revitalisasi kesehatan, Puskesmas, rumah sakit, serta Posyandu dan UKBM - UKBM lain
3)      Memfasilitasi pembangunan Poskesdes dan pengembangan desa siaga.
4)      4) Memfasilitasi    pengembangan    sistem    surveilans,    sistem informasi/pelaporan, serta sistem kesiapsiagaan dan penanggulangan kegawat-daruratan dan bencana berbasis masyarakat.
5)      Memfasilitasi ketersesiaan tenaga kesehatan untuk tingkat desa.
6)      Menyelenggarakan pelatihan bagi pelatih (TDT)
7)      Menyediakan dana dan dukungan sumberdaya lain.
8)      Menyelenggarakan pemantauan dan evaluasi.

f.       Peran Pemangku Kepentingan Terkait
Pemangku kepentingan lain, yaitu para pejabat pemerintah daerah, pejabat lintas sektor, unsur-unsur organisasi/ikatan profesi, pemuka masyarakat, tokoh-tokoh agama, PKK, LSM, dimia usaha/swasta, dan lain-lain. Diharapkan berperan aktifjuga disemua tingkat administrasi.
1)      Pejabat-pejabat pemerintah daerah
a)      Memberikan dukungan kebijakan, sarana dan dana untuk menyelenggarakan desa siaga.
b)      Mengkoordinasikan penggeraka masyarakat untuk memanfaatkan pelayaan Poskesdes/Puskesmas/Pustu dan berbagai UKBM yang ada (Posyandu, Polindes, dan lain-lain).
c)      Mengkoordinasikan penggerakan masyarakat untuk berperan aktif dalam penyelenggaraan desa siaga dan UKBM yang ada.
d)     Melakukan pembinaan untuk terselenggaranya kegiatan desa siaga secara tetatur dan lestari.

2)      Tim Penggerak PKK
a)      Berperan aktif dalam pengembangan dan penyelenggarakan UKBM di desa siaga (Posyandu, dan lain-lain).
b)      Menggerakkan masyarakat untuk mengelola menyelenggarakan dan memanfaatkan UKBM yang ada.
c)      Menyelenggarakan  penyuluhan  kesehatan  dalam  rangka menciptakan kadarzi dan PHBS

3)      Tokoh Masyarakat
a)      Menggali sumber daya untuk kelangsungan pelanggaraan desa siaga.
b)      Menangani dan membina kegiatan desa siaga.
c)      Menggerakkan masyarakat untuk berperan aletif dalam kegiatan desa siaga.

4)      Organisasi kemasyarakatan /LSM/Dunia Usaha/Swasta
a)      Berperan aktif dalam penyelenggaraan desa siaga
b)      Memberikan dukungan sarana dan dana untuk pengembangan penyelenggaraan desa siaga.

  1. Indikator Keberhasilan
Keberhasilan upaya pengembangan desa siaga dapat dilihat dari empat kelompok indikatomya, yaitu:
a.   Indikator masukan
Indikator masukan adalah indikator untuk mengukur seberapa besar masukan telah diberikan dalam rangka pengembangan desa siaga, indikator masukan terdiri atas hal-hal berikut:
1)      Ada/tidaknya forum masyarakat desa
2)      Ada/tidaknya Poskedes dan sarana bangunan serta pelengkapan/ peralatannya.
3)      Ada/tidaknya UKBM yang dibutuhkan masyarakat.
4)      Ada/tidaknya tenaga kesehatan (minimal perawat)

b.      Indikator Proses
Indikator proses adalah indikator untuk mengukur seberapa aktif upaya yang dilaksanakan di suatu desa dalam rangka pengembangan desa siaga. Indikator proses terdiri atas hal-hal berikut :
1)      Frekuensi pertemuan forum masyarakat desa
2)      Berfangsi/tidaknya Poskesdes
3)      Berfimgsi/tidaknya UKBM yang ada
4)      Berfimgsi/tidaknya sistem kegawatdaruratan dan penanggulangan kegawatdaruratan dan bencana
5)      Berfungsi/tidaknya sistem survelans berbasis masyarakat.
6)      Ada /tidaknya kegiatan kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS.

c.       Indikator Keluaran
Indikator keluaran adalah indikator untuk mengukur seberapa besar hasil kegiatan yang dicapai di suatu desa dalam rangka pengembangan desa siaga.
1)      Cakupan pelayanan kesehatan dasar Poskesdes
2)      Cakupan pelayanan UKBM-UKBM lain
3)      Jumlah kasus kegawatdaruratan dan KLB yang dilaporkan
4)      Cakupan rumah tangga yang mendapat kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS.

d.      Indikator Dampak
Indikator dampak adalah indikator untuk mengukur seberapa besar dampak dari hasil kegiatan di desa dalam rangka pengembangan desa siaga.

C.    Asuhan Keperawatan Masyarakat
Konsep Asuhan Keperaswatan Komunitas merujuk pada pengertian PKMD, yaitu Rangakain kegiatan masyarakat yang dilakukan berdasarkan gotong royong dan swadaya dalam rangka menolong diri sendiri sehinga mampu memelihara kehidupan sehat sehingga terwujud Derajad Kesehatan yang maksimal.  Adapun langkah-langkah dalam kegiatan PKMD adalah
  1. Pertemuan tingkat desa
Pertemuan tingkat desa dilakukan dengan tujuan :
a.       Mengenalkan masalah kesehatan
b.      Diperoleh dukungan dari tokoh masyarakat dan tokoh agam
c.       Dipahaminya sumber daya manusia
d.      Tersusunnya pekerja untuk SMD.

  1. SMD Kegiatan
a.      Pengkajian
Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk mengukur keadaan masyarakat dengan memakai sistem norma-norma Kesehatan Masyarakat yang merupakan sistem terintegrasi dan kesanggupan masyarakat untuk mengatasinya.



Kegiatan yang dilakukan dalam pengkajian adalah :
Pengumpulan data :
1)      Data umum
a)      Lokasi daerah binaan
b)      Keadaan geografi
c)      Luas wilayah
d)     Pola demografi

2)      Data khusus
a)      Data kultural
(1)   Tingkat pendidikan
(2)   Pekerjaan
(3)   Tingkat sosial ekonomi
(4)   Kebudayaan dan kebiasaan

b)      Data kesehatan (cakupan pelayanan kesehatan)
(1)   Kesehatan ibu dan anak
(2)   Keadaan gizi ibu dan anak
(3)   Keluarga Berencana
(4)   Imunisasi
(5)   Penyakit-penyakit yang diderita


c)      Keadaan kesehatan lingkungan
(1)   Perumahan
(2)   Sumber air
(3)   Tempat pembuangan sampah
(4)   Pembuangan air kotor
(5)   Jamban
d)     Kebudayaan dan kebiasaan
e)      Peran serta masyarakat dan upaya kesehatan yang dijalankan
f)       Sumber daya manusia.

b.      Pengolahan data
Setelah data diperoleh kegiatan selanjutnya adalah pengolahan data, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1)      Klasifikasikan/kategori
2)      Perhitungan prosentase cakupan (telly)
3)      Tabulasi data
4)      Interprestasi data
5)      Analisis data

c.       Analisa data
Analisa data adalah kemampuan untuk mengaitkan dan menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui kesenjangan/masalah yang dihadapi oleh masyarakat, baik itu masalah keperawatan/masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat.
Tujuan  analisa data antara lain :
1.      Menetapkan kebutuhan komunitas
2.      Menetapkan kekuatan
3.      Mengindentifikasi pola respon komunitas
4.      Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan.
Bagan-bagan analisa data sebagai berikut :
No
Nama
Masalah
1.
2.
3.
Hasil angket
Hasil wawancara
Hasil Observasi
Resiko tinggi …… diantara warga….
Sehubungan dengan………..

d.      Perumusan masalah/Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah yang ditemukan, diagnosa keperawatan akan memberikan gambaran tentang masalah dan status kesehatan masyarakat baik yang nyata (aktual) dan yang memungkinkan terjadi (potensial).


Menurut Muecke 1984 diagnosa mengandung komponen utama yaitu :
a.       Resiko
Merupakan kesehatan spesifik yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi oleh masyarakat.
b.      Diantara warga
Berisikan tentang masyarakat binaan.
c.       Sehubungan dengan
Menggambarkan karakteristik masyarakat dan lingkungan yang teridentifikasi.

e.       Prioritas masalah
1)      Menetapkan masalah
2)      Menetapkan skala prioritas dilakukan untuk menentukan tindakan yang lebih dahulu ditanggulangi karena dianggap dapat mengancam kehidupan masyarakat secara keseluruhan dengan mempertimbangkan :
a)      Masalah spesifik yang mempengaruhi Kesehatan Masyarakat
b)      Kebijaksanaan nasional dan daerah setempat
c)      Kemampuan dan sumber daya masyarakat
d)     Keterlibatan partisipasi dan peran serta masyarakat.

Dalam menentukan prioritas masalah keperawatan dan kesehatan masyarakat perlu mempertimbangkan berbagai faktor sebagai kriteria di antaranya adalah :
1)      Perhatian masyarakat
2)      Prevalensi
3)      Berat ringannya masalah
4)      Kemungkinan masalah untuk diatasi
5)      Tersedianya sumber daya masyarakat


Dengan bagan prioritas masalah sebagai berikut :
No
Masalah Keperawatan
Perhatian Masyarakat
Prevalensi
Tingkat Bahaya
Pengelolaan
Total
1






2






3







  1. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah yang ditemukan, diagnosa keperawatan akan memberikan gambaran tentang masalah dan status kesehatan masyarakat baik yang nyata (aktual) dan yang memungkinkan terjadi (potensial).

Menurut Muecek 1984 diagnosa mengandung komponen utama yaitu :
a.       Resiko
Merupakan kesehatan spesifik yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi oleh masyarakat.
b.      Diantara warga
Berisikan tentang masyarakat binaan.
c.       Sehubungan dengan
Menggambarkan karakteristik masyarakat dan lingkungan yang teridentifikasi.

Diagnosa keperawatan mengandung komponen utama yaitu :
a.       Problem (Masalah)
Merupakan kesenjangan/penyimpangan dari keadaan normal yang seharusnya terjadi.

b.      Etiologi (Penyebab)
Menunjukkan penyebab masalah kesehatan/keperawatan yang dapat memberikan arah terhadap intervensi keperawatan yang meliputi :
1)      Perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
2)      Lingkungan fisik, biologis dan sosial
3)      Interaksi perilaku dan lingkungan.
c.       Untuk menegakkan diagnosa keperawatan minimal harus mengandung dua komponen di atas, disamping mempertimbangkan hal-hal :
1)      Kemampuan masyarakat untuk menanggulangi masalah
2)      Sumber daya yang tersedia dari masyarakat
3)      Partisipasi dan peran serta masyarakat.

  1. Perencanaan
Perencanaan asuhan keperawatan masyarakat disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan, rencana keperawatan yang disusun harus mencakup :
a.       Merumuskan tujuan keperawatan yang akan dicapai
b.      Rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan
c.       Kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan
Kriteria perumusan masalah :
a.       Berfokus pada masyarakat
b.      Jelas dan singkat
c.       Dapat diukur dan diobservasi
d.      Realistik
e.       Waktu relatif dibatasi (jangka pendek, menengah, panjang).

Formasi/formulasi dibatasi (jangka panjang, jangka pendek)
a.       Satuan subjek (masyarakat)
b.      Perilaku masyarakat yang diamati
c.       Susunan predikat (kondisi yang mencakup perilaku masyarakat)
d.      Kriteria untuk menentukan pencapaian tujuan.

Rencana tindak keperawatan
Langkah-langkah dalam perencanaan perawatan kesehatan masyarakat :
a.       Identifikasi alternatif tindakan keperawatan
b.      Tetapkan teknik dan prosedur yang akan digunakan
c.       Libatkan peran serta masyarakat dalam menyusun perencanaaan (musyawarah masyarakat desa, lokakarya mini)
d.      Pertimbangan sumber daya masyarakat dan fasilitas yang tersedia
e.       Tindakan yang akan dilaksanakan harus dapat memenuhi kebutuhan yang sangat dirasakan masyarakat
f.       Mengarah kepada tujuan yang akan dicapai
g.      Tindakan harus bersifat realistis
h.      Disusun secara berurutan.

  1. Pelaksanaan (Implementasi)
Pelaksanaan merupakan tahap realitasi dari rencana asuhan keperawatan yang telah disusun.  Prinsip-prinsip dalam pelaksanaan keperawatan :
a.       Berdasarkan respon masyarakat
b.      Disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia di masyarakat
c.       Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam  pemeliharaan diri sendiri serta lingkungannya
d.      Bekerja dengan profesi lain
e.       Menetapkan pada aspek peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit
f.       Memperhatikan perubahan lingkungan masyarakat
g.      Melibatkan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam melaksanakan keperawatan.

  1. Evaluasi (Pembinaan dan Pelestarian)
Kegiatan yang dilakukan dalam evaluasi adalah :
a.       Membandingkan hasil tindakan yang dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan
b.      Menilai efektifitas proses keperawatan mulai pengkajian sampai dengan pelaksanaan
c.       Hasil evaluasi keperawatan digunakan sebagai perencanaan selanjutnya apabila masalah belum tercapai.
Kegunaan evaluasi :
a.       Untuk menentukan perkembangan perawatan Kesehatan Masyarakat yang diberikan
b.      Untuk menilai hasil guna, daya guna dan produktifitas asuhan keperawatan yang diberikan
c.       Menilai pelaksanaan asuhan keperawatan
d.      Sebagai umpan balik memperbaiki atau menyusun siklus baru dalam proses keperawatan

JADWAL BOLA